Pengertian Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan atau berbagai macam unsur dalam bentuk senyawa kimia organik maupun anorganik yang diberikan ke tanah untuk memperbaiki sifat tanah serta mengganti dan/atau menambahkan unsur hara dalam tanah yang hilang guna memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman.
Sedangkan pemupukan merupakan kegiatan memasukkan pupuk ke dalam media tanam, lubang tanam, atau ke dalam bagian tanaman. Pemupukan merupakan suatu tindakan pemberian unsur hara ke tanah atau tanaman sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan normal tanaman. Tujuan pemupukan adalah untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman agar dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi, mutu hasil produksi, serta mutu hasil tanaman.
Pupuk Berdasarkan Bahan Bakunya
Berdasarkan bahan baku pembuatannya, pupuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Berikut penjelasan beserta contohnya.
A. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang bahan bakunya berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) secara biologis oleh mikroba dekomposer seperti jamur dan bakteri serta dapat dilakukan juga oleh cacing tanah, sehingga pupuk ini dapat digunakan untuk memasok hara tanaman dan memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman.
a. Kelebihan Pupuk Organik
- Mengandung unsur hara yang lengkap untuk kebutuhan tanaman.
- Memiliki asam-asam organik, seperti asam humic, asam fulfic, hormon, serta enzim yang sangat bermanfaat bagi tanaman, mikroorganisme, serta lingkungan.
- Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
- Menjadi penyangga pH tanah.
- Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
- Membantu menjaga kelembaban tanah.
- Harga yang lebih terjangkau.
- Dapat dibuat sendiri di rumah.
- Bahan baku yang mudah untuk didapatkan.
b. Kekurangan Pupuk Organik
- Jumlah kandungan unsur haranya cenderung kecil.
- Memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
- Butuh waktu yang lama agar tersedia untuk tanaman (slow release).
- Terkadang mengandung bakteri yang dapat menginfeksi tanaman.
c. Macam Pupuk Organik
1. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang sangat bergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk kandang. Kotoran ternak yang dapat dijadikan pupuk kandang seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan sebagainya.
2. Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk dari hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Biasanya, pupuk ini menggunakan bahan baku utama sisa sayuran dan buah-buahan dapur yang kemudian dikomposkan dengan menggunakan EM4. Karena pembuatannya yang mudah, pupuk kompos cocok untuk dibuat di rumah.
3. Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik dari tanaman segar yang dibenamkan atau diaplikasikan saat hijau atau segera setelah dikomposkan. Pupuk hijau disarankan memiliki C/N ratio yang rendah. Sumber pupuk hijau dapat berupa tanaman-tanaman legume, non-legume, sisa tanaman, tanaman pagar, tanaman penutup tanah, hingga azola. Contoh tanaman tersebut antara lain seperti turi mini dan paku air.
B. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang bahan bakunya berasal dari ramuan berbagai macam bahan kimia yang dibuat oleh pabrik sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi.
a. Kelebihan Pupuk Anorganik
- Jumlah pasti kandungannya dapat diketahui sehingga pemberian pupuk dapat terukur dengan tepat.
- Sebagian pupuk anorganik dapat terurai dengan cepat sehingga dapat lebih cepat diserap oleh tanaman.
- Pengaplikasian yang mudah dan efisien.
- Kecil kemungkinan mengandung bakteri atau virus yang dapat mengontaminasi tanaman.
b. Kekurangan Pupuk Anorganik
- Hanya memiliki unsur hara makro dan hanya memiliki sedikit hingga hampir tidak ada unsur hara mikro.
- Harga yang agak mahal.
- Tidak dapat dibuat sendiri di rumah.
- Meninggalkan residu di dalam tanah.
- Penggunaan jangka panjang akan merusak sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
- Dapat menyebabkan degradasi lahan.
c. Macam Pupuk Anorganik
1. Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara saja sebagai penambah kesuburan. Contoh pupuk tinggal seperti pupuk urea yang mengandung 46% N, pupuk SP-36 yang mengandung 36% P, dan pupuk KCl yang mengandung 60% K.
2. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan. Contoh pupuk majemuk seperti pupuk ZA yang mengandung 24% S dan 21% N serta pupuk NPK yang mengandung unsur N, P, dan K yang masing-masing berjumlah 15%.
Pupuk Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, pupuk dapat dibagi menjadi dua, yaitu pupuk slow release dan pupuk fast release. Berikut penjelasan beserta contohnya.
A. Pupuk Slow Release
Sesuai dengan namanya, pupuk slow release adalah pupuk yang pelepasannya lambat. Pupuk tipe ini akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan dasar sebelum tanam.
Kelebihan pupuk ini adalah ia tidak akan meracuni tanah atau tanaman karena melepaskan nutrisi yang berlebihan pada waktu yang singkat. Sedangkan kelemahannya ialah pupuk ini tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman sehingga hasil atau efek pemberian pupuk tidak langsung tampak. Contoh pupuk slow release seperti pupuk organik, SP-36, dan TSP.
B. Pupuk Fast Release
Berbanding terbalik dengan pupuk slow release, pupuk fast release adalah pupuk yang pelepasannya cepat. Pupuk tipe ini akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya dengan cepat dan dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan dasar setelah tanam.
Kelebihan pupuk ini adalah dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman sehingga hasil atau efek pemberian pupuk dapat terasa lebih cepat. . Sedangkan kelemahannya pupuk ini dapat meracuni tanah atau tanaman karena melepaskan nutrisi yang berlebihan pada waktu yang singkat. Contoh pupuk fast release seperti urea, ZA, dan KCl.
Cara Pengaplikasian Pupuk
1. Disebar / Broadcast
Pengaplikasian pupuk dengan cara disebar dilakukan pada jarak tanam yang rapat dan teratur karena dapat meminimalisir terjadinya kerusakan pada tanaman akibat dari terinjak oleh petani. Cara ini hanya dapat dilakukan untuk tanaman berakar dangkal dikarenakan pupuk yang disebar tidak dapat meresap cukup dalam ke tanah. Contohnya ialah pengaplikasian pupuk urea pada tanaman padi dan kacang-kacangan.
2. Larikan / Ring Placement
Sesuai dengan namanya, cara pengaplikasian ini dilakukan dengan membuat sebuah lingkaran seperti cincin di sekitar tanaman dengan kedalaman sekitar 6 hingga 10 cm. Jari-jari lingkaran disesuaikan dengan lebar tajuk dari tanaman. Karena dibuat lingkaran di sekitarnya, maka metode ini hanya dapat dilakukan pada jarak tanam yang tidak rapat. Contohnya adalah pada pengaplikasian pupuk untuk tanaman kacang tanah, padi, jeruk, apel, kopi, dan kakao.
3. Penugalan / Spot Placement
Berbeda dengan larikan, penugalan dilakukan dengan membuat lubang pada satu titik ada di dekat tanaman dengan kedalaman 10 hingga 15 cm. Lubang tidak boleh terlalu dekat dengan tanaman, karena pupuk dapat menghasilkan panas yang dapat merusak tanaman apabila ditempatkan terlalu dekat dengan akar. Pengaplikasiannya dapat menggunakan pupuk SP-36, pupuk urea, NPK, dan KCl.
4. Fertigasi / Fertilisasi dan Irigasi
Terakhir yaitu fertigasi. Teknik ini dilakukan dengan melarutkan pupuk di dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui sistem irigasi dan pengairannya menggunakan sistem sprinkle atau lebih sering disebut sebagai irigasi tetes. Pengaplikasiannya dapat menggunakan pupuk urea, NPK, dan dolomit yang dilarutkan ke dalam air.
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemupukan
1. Tepat Dosis
Tepat dosis adalah penggunaan dosis yang sesuai dengan rekomendasi atau anjuran yang pas untuk mengendalikan OPT pada tanaman. Penggunaan dosis yang tidak tepat memiliki beberapa kerugian, seperti meninggalkan bekas atau residu pada hasil panen, mengeluarkan biaya lebih besar, dan mempengaruhi efikasi pestisida.
2. Tepat Konsentrasi
Tepat konsentrasi adalah pencampuran bahan aktif formulasi untuk pestisida yang tepat sesuai dengan anjuran yang ada serta sesuai dengan kebutuhan. Konsentrasi yang tidak tepat dapat mengakibatkan pencemaran terutama pencemaran tanah.
3. Tepat Waktu
Tepat waktu adalah pemberian pestisida pada saat yang tepat, yaitu ketika sudah mencapai ambang pengendalian atau ambang ekonomi. Selain itu waktu yang disarankan untuk pemberian pestisida adalah ketika sore hari dengan suhu dibawah 30 derajat Celsius dan kelembaban udara antara 50 hingga 80 persen.
4. Tepat Sasaran
Tepat sasaran adalah penggunaan pestisida yang sesuai untuk membasmi OPT yang menyerang. Apabila OPT yang menyerang adalah lalat buah, maka pestisida yang diberikan juga harus pestisida untuk membasmi lalat buah. Penggunaan pestisida yang tidak tepat sasaran dapat merugikan karena pestisida tersebut bisa saja membunuh musuh alami hama.
5. Tepat Cara
Tepat cara adalah penggunaan pestisida dengan metode yang tepat untuk diaplikasikan ke tanaman. Setiap pestisida memiliki berbagai macam cara pengaplikasian, ada dengan cara disemprot, penyiraman, pengolesan, dan lain-lain untuk membasmi OPT. Metode yang dilakukan harus tepat dan sesuai dengan OPT yang akan dibasmi agar lebih efisien dan OPT dapat teratasi sesuai dengan rencana.
Detail Artikel
- Fakultas / Program Studi : Pertanian / Agroekoteknologi
- Mata kuliah : Teknologi Produksi Tanaman
- Materi : Pupuk dan Pemupukan
- Semester : 3