Histats
Teknologi Budidaya untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Tembakau

Tembakau dapat digunakan sebagai bahan baku rokok, seperti rokok kretek, rokok putih, cerutu, hingga tingwe (ngelinting dewe). Selain menjadi bahan baku rokok, tembakau juga dapat digunakan sebagai bahan baku non rokok, yaitu menjadi parfum dan biofarmaka.

Pada saat ini, lahan tembakau di Indonesia memiliki luas total hingga 213.000 hektar. Lahan ini tersebar di 15 provinsi di Indonesia kecuali di Kalimantan, Papua, dan sebagian Maluku. Sebagian besar lahan tembakau dapat ditemui di Jawa Timur, yaitu mencapai 52% dari total keseluruhan. Harga tembakau sendiri ditentukan oleh mutunya, oleh karena itu penting untuk meningkatkan mutu tembakau demi meningkatkan keuntungan dari produksinya.

Tembakau sendiri menjadi komoditas yang memiliki nilai jual tinggi di Indonesia dikarenakan 4 hal, yaitu tembakau ini dijadikan bahan baku utama pembuatan cerutu, parfum tabac, rokok, hingga diolah menjadi tembakau olahan.

Jenis Tembakau di Indonesia


Tembakau yang terdapat di Indonesia cukup beragam. Tetapi, ada satu jenis tembakau yang paling sering ditemui, yaitu tembakau Virginia. Tembakau virginia merupakan tembakau yang paling banyak dikarenakan ia menjadi bahan baku utama dalam pembuatan rokok putih dan rokok kretek. Berikut jenis-jenis tembakau lainnya di Indonesia.
  1. Virginia
    • Luas : 33.472 ha
    • Kegunaan : Rokok putih, kretek
  2. Rakyat
    • Contoh : Temanggung, weleri, madura, paitan, kasturi, dan lain-lain.
    • Luas : 147.711 ha
    • Kegunaan : Rokok kretek, lintingan
  3. Cerutu
    • Contoh : Deli, besuki, vorstenlanden
    • Luas : 13.122 ha
    • Kegunaan : Cerutu
  4. Lumajang VO
    • Luas : 336 ha
    • Kegunaan : Pipa
  5. Burley
    • Luas : 3.726 ha
    • Kegunaan : Rokok putih, kretek
  6. Tembakau Asepan
    • Luas : 1.069 ha
    • Kegunaan : Ekspor

Peran Tembakau dan Hasil Industri Tembakau


Tembakau memiliki peranan yang cukup penting bagi Indonesia, antara lain sebagai berikut.
  1. Sumber pendapatan petani. Sebagian besar petani tembakau menjadikan pekerjaannya sebagai sumber pendapatan utamanya.
  2. Pendapatan negara. Pada tahun 2020, pendapatan negara dari tembakau sebesar Rp 176 trilyun dan diprediksi mencapai Rp 202 trilyun pada tahun 2022 nanti.
  3. Lapangan pekerjaan. Banyaknya kebutuhan tenaga kerja membuat tembakau dan industri tembakau menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup besar, terutama pada industri rokok.
  4. Bahan baku industri terkait. Industri-industri tembakau seperti rokok dan parfum tabac memerlukan bahan baku tembakau yang cukup besar, sehingga sangat ketergantungan pada hasil produksi tembakau.

Kondisi Produktivitas Tembakau di Indonesia


Statistik Produksi Tembakau di Dunia
Statistik produksi tembakau dunia pada tahun 2019. Sumber : https://www.statista.com

Pada tahun 2019, Indonesia menempati urutan ke-6 di dunia dalam hal jumlah produksi tembakau dengan jumlah 197,25 ton kubik. Pada urutan pertama, terdapat negara China dengan produksi 2.610,51 ton kubik, kemudian disusul oleh India (804,45 ton kubik), Brazil (769,8 ton kubik), Zimbabwe (257,76 ton kubik), Amerika Serikat (212,26 ton kubik), lalu Indonesia.

Sedangkan dalam hal produktivitas, Indonesia menempati urutan paling rendah di ASEAN dengan 0,45 - 1,30 ton/ha, berbanding jauh dengan Thailand dan Filipina yang memiliki produktivitas tembakau 2 ton/ha.

Meskipun produksi tembakau pertahunnya cukup tinggi, Indonesia masih melakukan impor tembakau dikarenakan produksi ini tidak mencukupi kebutuhan di dalam negeri. Dari 2011 hingga 2018, rata-rata pertahunnya Indonesia mengimpor 156.620 ton dengan biaya US$ 571 juta dan 70% diantaranya merupakan tembakau virginia.

Masalah Utama Budidaya Tembakau


Terdapat dua masalah utama dalam budidaya tembakau di Indonesia, yaitu keterbatasan luas area lahan dan belum diterapkannya teknik budidaya yang tepat (Good Agriculture Practices / GAP). Pada umumnya, petani Indonesia masih mengandalkan pengalaman turun temurun dalam budidaya tembakau, sehingga produktivitasnya tidak mengalami peningkatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi dan teknologi berdasarkan permasalahan di lapang dan menyesuaikan agroekologi yang ada di sentral pengembangan. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan GAP.

Teknik Budidaya Tembakau Berbasis GAP


Berikut beberapa tips dan trik dalam budidaya tembakau berbasis GAP, mulai dari proses pembibitan, pengolahan tanah, pemupukan, pengelolaan OPT, hingga panen dan processing.

1. Pembibitan

  • Benih tembakau harus berkualitas tinggi dan sehat.
  • Benih tembakau harus dikecambahkan dan dibibit sebelum dipindahkan ke lahan.
  • Tiap bibit harus memiliki jarak 4 cm agar tidak terjadi kompetisi dalam penyerapan unsur hara dan cahaya matahari. Apabila terlalu dekat, bibit akan mengalami etiolasi.
  • Pada umur 35 hari, dapat dilakukan pengguntingan daun sebanyak 25% dari total keseluruhan daun.
  • Pada umur 45-50 hari, dapat dilakukan pengguntingan daun lagi sebanyak 25% dari total keseluruhan daun dan dipindahkan ke lahan.

2. Pengolahan Tanah

  • Gulma dan rumput harus dapat dikendalikan agar tidak menjadi sarang OPT atau kompetisi dalam menyerap unsur hara.
  • Lahan dapat menerapkan guludan dengan parit yang dapat mengalirkan air dengan baik. Hal ini dikarenakan akar tembakau membutuhkan oksigen, sehingga apabila akar tembakau terkena banjir, maka besar kemungkinan tanaman akan mati.
  • Kelerengan lahan tidak boleh lebih dari 60%.
  • Lahan tidak boleh didominasi oleh bebatuan.

3. Pemupukan

  • Pupuk dapat menambah nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tembakau.
  • Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap produksi dan mutu tembakau adalah Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (NPK).
  • Penyerapan unsur tertinggi untuk tanaman tembakau adalah unsur K, sedangkan terendah adalah P.
  • Gejala tembakau terkait unsur N:
    • Kelebihan : Daun berwarna hijau tua, daun menebal, kemasakan daun melambat, dan wiwilan tumbuh dengan cepat dan banyak.
    • Kekurangan : Daun berwarna hijau pucat, terkadang daun berwarna menguning, pertumbuhan terhambat, dan daun tipis serta kecil.
  • Gejala tembakau terkait unsur P:
    • Kelebihan : Daun bagian bawah menjadi menguning dan tanaman menjadi prematur.
    • Kekurangan : Pertumbuhan terhambat, tanaman berwarna hijau tua, daun sempit, bercak hijau kekuningan di daun, tanaman layu saat siang hari, daun bawah kecokelatan hingga mati, dan pembungaan terhambat.
  • Gejala tembakau terkait unsur K:
    • Kekurangan : Tepi daun pucuk berwarna kuning kecokelatan dan daun mengeriting hingga menggulung ke bawah.
  • Pemupukan harus dilakukan dengan efisien. Agar efisien, pemupukan dapat dilakukan dengan cara penugalan dan ditutup. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya penguapan dan terbawanya pupuk oleh air hujan.
  • Pupuk kandang yang digunakan harus sudah matang. Ciri pupuk yang belum matang ialah suhunya masih cukup tinggi. Suhu yang tinggi ini dapat menyebabkan kerusakan pada akar sehingga tanaman bisa mati. Oleh karena itu, diperlukan pupuk kandang yang sudah matang dengan ciri tidak berbau, suhu seperti suhu ruangan, tekstur lebih ringan, dan kadar airnya berkurang. Apabila pupuk masih belum matang, disarankan untuk didekomposisi lagi sebelum diaplikasikan.
  • Vermikompos atau kascing memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang.

4. Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman

  • OPT yang sering ditemui pada tanaman tembakau adalah TMV dan CMV.
  • Gejala dari serangan OPT ini adalah daun menjadi belang, daun melepuh, hingga tanaman menjadi kerdil.
  • Pembasmi dari OPT ini masih belum efektif. Oleh karena itu, solusinya adalah dengan mengendalikan vektornya, yaitu Aphis sp.
  • Tembakau tidak boleh berdekatan dengan cabe, terong, timun, dan semacamnya dikarenakan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan OPT.
  • Selain TMV dan CMV, hama lain yang dapat mengganggu tanaman tembakau adalah ulat grayak dan ulat tanah.

5. Panen

6. Processing


Detail Artikel
  • Fakultas / Program Studi : Pertanian / Agroekoteknologi
  • Mata kuliah : Teknologi Produksi Tanaman
  • Materi : Kuliah 3 in 1 - 2 Oktober 2021
  • Semester : 3