Histats
Salah satu komoditas pertanian yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini adalah buah-buahan. Buah bersama dengan sayuran menjadi komoditas hasil pertanian maupun perkebunan utama yang merajai pasar di Indonesia. Buah-buahan tersebut dapat berupa buah belum diolah maupun buah hasil olahan. Buah belum diolah contohnya adalah seperti mangga, apel, srikaya, dan sebagainya. Sedangkan buah olahan antara lain seperti keripik buah, manisan, asinan, dan sebagainya.

Tentunya, dalam pemasaran produk-produk komoditas panen ini diperlukan adanya kontrol pada saat pemanenan. Kontrol pemanenan produk ini dapat berupa berbagai macam kriteria, seperti bagian apa dari tanaman yang dipanen, berapa umur yang sesuai dengan tingkat kematangannya, warna yang cocok untuk dipanen, berat yang dimiliki oleh produk, dan sebagainya. Salah satu komoditas pertanian yang akan dibahas kali ini adalah buah apel.

Kriteria Panen Buah Apel


Dari tanaman apel, hanya buahnya saja yang umum dipanen dan dijadikan produk untuk dijual kepada masyarakat. Bagian dari tanaman yang dipanen ini merupakan bagian generatif dari tanaman apel, karena terletak di bagian buahnya (buah apel). Meskipun demikian, tanaman apel lebih sering dikembangbiakkan secara vegetatif melalui batang agar mempercepat waktu panen.

Buah apel yang bernama latin Malus domestica merupakan salah satu buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan harganya yang tidak terlalu mahal serta dapat ditemui hampir di setiap supermarket. Buah apel juga dapat tumbuh dengan baik di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di daerah yang memiliki temperatur rendah seperti di Malang.

1. Diameter


Salah satu kriteria pemanenan buah apel adalah menurut diameternya. Apel dengan diameter kecil yaitu sekitar 4 hingga 6 cm akan termasuk ke dalam apel dengan kualitas afkir, yaitu apel yang tidak lolos penyortiran sehingga apel-apel afkir tersebut tidak laku dijual dalam bentuk masih belum diolah. Sehingga, apel-apel tersebut harus diolah terlebih dahulu apabila ingin dijual. Sekalipun dijual tanpa diolah, maka harganya akan sangat rendah.

2. Warna


Pemilihan warna pada saat panen memiliki kriteria yang beragam. Sebagai contoh, apabila apel akan diolah menjadi olahan sari buah, maka apel yang baik adalah apel yang memiliki warna kuning matang. Hal ini dikarenakan apel tersebut biasanya memiliki aroma yang lebih tajam sehingga meningkatkan daya jual produk.

Pada umumnya, buah apel berkualitas bagus ditandai dengan warna yang kemerah-merahan. Buah apel yang memiliki warna ini biasanya sudah matang dan siap untuk dikonsumsi. Namun, terdapat beberapa jenis buah apel lain yang sudah matang ditandai dengan warna kulit yang hijau, merah kekuningan, atau hijau kekuningan.

3. Tingkat Kematangan


Buah apel dipilih berdasarkan tingkat kematangannya. Terkadang, terdapat buah apel yang tidak matang yaitu berwarna hijau. Buah ini memiliki cita rasa yang tidak nikmat. Sebaliknya, terkadang terdapat buah apel yang terlalu matang hingga busuk. Buah apel yang memiliki tingkat kematangan yang pas akan memiliki cita rasa yang baik dan meningkatkan mutu dari produk.

4. Umur


Biasanya, buah apel yang sudah matang dapat dilihat dari umur buahnya. Umur buah tersebut dihitung dari bakal buah muncul. Apel yang sudah matang dan siap untuk dipanen memiliki umur antara 120 hingga 141 hari. Namun, terkadang terdapat beberapa buah yang masih belum matang atau justru sudah busuk pada umur tersebut.

Proses Pasca Panen Buah Apel


1. Pemilahan (sorting & sizing)


Buah apel yang telah dipanen akan dipilah agar dapat dipisahkan antara buah yang baik dengan buah yang jelek. Buah baik ditandai dengan tidak adanya kontaminasi dengan penyakit, sedangkan buah jelek cenderung berpenyakit. Tujuan dari pemilahan ini adalah agar buah yang berpenyakit tidak menularkan penyakitnya ke buah lain yang bagus sehingga mutu dari buah apel tetap terjaga dan bernilai jual tinggi.

2. Penilaian menurut kelas (grading)


Buah apel akan dinilai dan disortir menurut kelasnya atau biasa disebut juga sebagai grading. Kelas dari buah apel akan dinilai menurut tingkat kualitas pasarnya. Buah-buah akan dipilah oleh produsen maupun reseller menurut tingkat kualitas pasar di daerah pemasarannya.

3. Pengemasan (packaging)


Pengemasan dari buah biasanya berupa kotak kardus yang memiliki ukuran 48cm x 44cm x 37cm, sehingga dapat menampung buah apel dengan berat kurang lebih 35kg per kardusnya. Apel disusun miring dengan tangkai sejajar dengan panjang kotak kardus agar tidak terjadi benturan antar buah. Selain itu, di bagian atas dan bawah susunan apel juga diberikan potongan kertas agar kualitasnya tetap terjaga.

4. Pelapisan (coating)


Pelapisan merupakan tahap melapisi permukaan buah apel dengan suatu bahan yang dapat menurunkan kecepatan terjadinya respirasi dan transpirasi, sehingga buah dapat tetap segar hingga ke tangan konsumen. Pelapisan biasanya dilakukan dengan pelilinan (waxing). Tujuan dari pelilinan ini adalah agar buah tetap segar dan membuat apel lebih tahan apabila tidak disimpan pada ruang yang dingin.

5. Pendinginan awal (pre-cooling)


Suhu yang tinggi pada buah dapat merusak kualitas apel, sehingga diperlukan adanya proses pendinginan awal pada buah agar panas dapat keluar. Pendinginan dapat dilakukan pada suhu 2,2°C. Kemudian, buah akan disimpan pada ruang bersuhu -6°C hingga 0°C sehingga buah tetap segar hingga 5 sampai 6 bulan.

6. Penyimpanan


Buah apel memiliki suhu optimum penyimpanan sekitar 0°C, sehingga apel harus disimpan pada ruangan dengan suhu tersebut. Pada suhu ini, perkembangan mikroba dapat ditekan sehingga menghindari terjadinya pembusukan secara cepat.

7. Pengepakan (packing)


Tiap buah apel akan dibungkus terlebih dahulu menggunakan pulp, polyethylene, atau kertas, lalu dimasukkan ke wadah lain. Wadah tersebut dapat berupa kertas karton, peti kayu, maupun plastik. Kemudian, wadah ini akan dipak lagi pada sebuah wadah besar yang disebut sebagai master container atau wadah luar. Wadah luar ini harus tahan air, gesekan, tumpukan, berat, serta kuat.

8. Transportasi


Pendistribusian apel menggunakan sebuah kendaraan di mana memiliki alat pendingin dengan suhu berkisar 0 hingga 3 derajat Celcius. Hal ini diperlukan untuk menekan laju perkembangan mikroba yang dapat mengakibatkan pembusukan buah.

9. Penyimpanan Akhir


Penyimpanan akhir yaitu penyimpanan apel ketika sudah sampai pada penjual. Apel disimpan pada lemari pendingin atau ruangan dengan suhu berkisar 2,2 hingga 3,3 derajat Celcius.