Klasifikasi Ulat Grayak Jagung (Spodoptera frugiperda)
Spodoptera frugiperda J. E. Smith merupakan salah satu hama yang sering merusak tanaman-tanaman pangan di Indonesia khususnya tanaman jagung. Awal mula serangga ini adalah berasal dari Amerika. Lalu, hama yang sering disebut sebagai ulat grayak ini menyebar luas ke berbagai negara di dunia.
Berbeda dengan hama ulat grayak lainnya, Spodoptera frugiperda J. E. Smith atau Fall Armyworm tergolong hama baru di Indonesia dan umumnya hanya menyerang tanaman jagung saja. Oleh karena itu, hama ini sering disebut juga sebagai ulat grayak jagung
Taksonomi
Berikut taksonomi dari ulat grayak jagung.
- Kingdom : Animalia
- Filum : Arthropoda
- Kelas : Insekta/heksapoda
- Ordo : Lepidoptera
- Famili : Noctuidae
- Genus : Spodoptera
- Spesies : Spodoptera frugiperda
Penyebaran di Indonesia
Ulat grayak jagung dapat menyebar dengan sangat cepat dari suatu daerah ke daerah lainnya. Hal ini dikarenakan hama ini memiliki kemampuan terbang yang sangat kuat, yaitu hingga mencapai 100 km/hari. Kekuatan terbangnya ini dapat meningkatkan potensi tersebarnya hama secara luas dalam waktu yang cukup singkat
Di Indonesia, hama ini pertama kali masuk pada tahun 2019 lalu di Pasaman Barat, Sumatera Barat. Selanjutnya, hama ini dengan cepat menyebar di 13 provinsi lain, antara lain Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, beberapa wilayah Kalimantan, dan Gorontalo. Hingga akhirnya pada Oktober 2019, hama ini telah menyebar ke 27 provinsi di Indonesia.
Bioekologi
Biologi
Hama ulat grayak jagung memiliki siklus hidup dan ciri khas khusus yang dapat dijadikan bahan kunci untuk identifikasi. Ciri khas hama ini antara lain sebagai berikut.
- Bagian dorsal yang memiliki seta tunggal di pinacula dengan warna gelap
- Empat pasang proleg di bagian abdomen
- Sepasang proleg di ujung posterior tubuh
- Terdapat spot di abdomen pertama
- Tiga garis di bagian atas tubuh, yaitu satu pada dorsal dan masing-masing sub dorsal
- Garis tebal seperti pita di sisi tubuh lateral
- Empat bintik berukuran besar di abdomen segmen 8
- Kepala yang berwarna gelap dengan seperti huruf Y terbalik berwarna pucat di bagian depan kepalanya
Ekologi
Lingkungan tempat hidup yang disukai oleh hama ini adalah lingkungan dengan banyak rumput, proses budidaya yang kurang baik, tanah yang tidak diolah, dan tingginya persentase gulma di sekitarnya. Selain menjadi inang hama, rumput juga dapat menyebabkan terjadinya persaingan unsur hara dengan tanaman jagung. Oleh karena itu, penting untuk membasmi rumput-rumput yang tumbuh di lingkungan sekitar pertanaman.
Tanaman Inang
Hama ini bersifat polifag, yaitu hama yang memiliki banyak inang. Hama ini dapat dijumpai pada tanaman sorgum, jewawut, kapas, kacang merah, kacang tanah, hingga merusak rumput pakan ternak dan turf grass. Bahkan, hama bernama latin S. frugiperda ini juga dapat beradaptasi serta merusak tanaman kedelai.
Namun, sebagian besar ia ditemui di tanaman padi dan jagung saja dengan inang favoritnya ialah jagung. Oleh karena itu, berdasarkan tanaman inang yang diserangnya, hama ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok C-strain yang menyerang jagung dan kelompok R-strain yang menyerang padi.
Hama ini sangat menyukai tanaman-tanaman famili Graminae, seperti jagung, gandum, dan oat. Ulat ini dapat ditemui pada tanaman jewawut yang dijadikan tanaman penutup tanah di dekat tanaman jagung, kedelai, dan kapas. Hal ini dikarenakan ulat grayak jagung merupakan hama tropis sehingga tidak dapat bertahan pada suhu yang rendah dan ia akan mencari tanaman yang dapat dijadikan tempat berlindung.
Oleh karena itu, sangat tidak disarankan untuk menanam jewawut sebagai tanaman penutup tanah dikarenakan dapat berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan dan tempat berlindung dari ulat grayak jagung.
Gejala
Gejala yang dapat ditimbulkan akibat dari serangan hama ini antara lain terjadinya pengeritingan pada daun, daun yang menjadi kuning, hingga tanaman yang menjadi kerdil.
Pada awalnya, serangan dimulai dari permukaan jaringan tanaman yang dimakan oleh ulat grayak jagung, sehingga terbentuk seperti lubang jendela dengan diameter sekitar 5 mm. Selanjutnya, larva akan meninggalkan lubang bekas gigitannya yang cukup besar, potongan-potongan daun, serta ditemukannya kotoran seperti serbuk yang ditinggalkan di permukaan daun. Biasanya, serbuk kotoran ini ditemukan di daerah sekitar tempat makan dan di permukaan dari daun.
Gejala yang paling parah dapat muncul apabila hama telah sampai di pucuk daun. Hal ini dikarenakan hama dapat memakan dari dalam, sehingga tanaman dapat rusak. Belum lagi bila hama ini menyerang tanaman muda yang masih rentan terhadap kematian apabila terserang hama.
Dampak
Dampak negatif terhadap ekonomi yang ditimbulkan dari ulat grayak jagung sangat besar, salah satu contohnya adalah serangan yang terjadi di Afrika dan Eropa yang mengalami kerugian 8,3 hingga 20,6 juta ton per tahun dengan kerugian ekonomi hingga US$ 2.5 hingga US$ 6.2 milyar per tahun.
Bukan hanya di luar negeri, para petani di Indonesia khususnya petani jagung di Tanah Laut juga diresahkan oleh keberadaan hama in. Banyak petani yang mengalami kegagalan panen akibat dari hama yang bukan berasal dari Indonesia ini. Apalagi ulat grayak ini memiliki tingkat serangan yang dapat menyebabkan kehilangan hasil panen hingga 80%. Bila tidak dikendalikan, maka ulat grayak jagung dapat menyebabkan puso atau kehilangan hasil panen hingga 100%.
Pengendalian
Pengendalian ulat grayak jagung dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami. Musuh alami dari hama ini sendiri adalah parasitoid telur Telenomus sp. (Hymenoptera: Platygastridae) dan Trichogramma sp. (Hymenoptera: Trichogrammatidae), parasitoid larva gregarius Glyptapanteles creatonoti (Viereck) (Hymenoptera: Braconidae), parasitoid larva soliter Campoletis chlorideae Uchida (Hymenoptera: Ichneumonidae), dan larva-pupa parasitoid dari ordo Hymenoptera: Ichneumonidae: Ichneumoninae. Ulat grayak jagung sendiri pertama kali dilaporkan oleh parasitoid Glyptapanteles creatonoti. Parasitoid ini mampu menyerang dan memarasit hama ulat grayak jagung. Selain itu, parasitoid ini juga melaporkan entomopatogen atau pengendali hama lain yang dapat menyerang ulat grayak jagung, yaitu M. rileyi.
Selain musuh alami, penggunaan ekstrak dari tanaman Asteraceae, Calotropis procera, Jatropha curcas, Cymbopogon nardus, Zyzyphus joazeiro, Morinda citrofolia, Magonia pubescens, dan Annona squamosa juga dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini.
Selain itu, berikut beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ulat grayak jagung.
- Memantau keberadaan hama sejak dini.
- Pengendalian dengan metode kultur teknis.
- Pengendalian dengan metode mekanis dengan mengumpulkan kelompok telur atau larva.
- Konservasi serta peningkatan peran serta dari musuh alami hama.
- Penerapan sistem budidaya tumpang sari.
- Penggunaan insektisida sintetik sebagai langkah terakhir apabila serangan sangat tinggi, dengan memerhatikan poin penting yaitu penggunaan secara bijaksana dan dosis yang sesuai
Sumber & Pustaka
Lubis, A. A. N., Anwar, R., Soekarno, B. P. W., Istiaji, B., Sartiami, D., Irmansyah, dan Herawati, D. (2020). Serangan Ulat Grayak Jagung (Spodoptera Frugiperda) pada Tanaman Jagung di Desa Petir, Kecamatan Daramaga, Kabupatem Bogor dan Potensi Pengendaliannya Menggunakan Metarizhium Rileyi. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 2(6): 931-939.
Mamahit, J. M. E., Manueke, J., dan Pakasi, S. E. (2020). Hama Infasif Ulat Grayak Spodoptera frugiperda (J.E. Smith) pada Tanaman Jagung di Kabupaten Minahasa. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-8 Tahun 2020. 616-624.
Pebrianti, H. D. dan Siregar, H. M. (2021). Serangan Ulat Grayak Jagung Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Jagung di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Jurnal Agrohita. 6(1): 31-35.
Sari, K. K. (2020). Viral Hama Invasif Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda) Ancam Panen Jagung di Kabupaten Tanah Laut Kalsel. Proteksi Tanaman Tropika. 3(3): 244-247.
Sharanabasappa, Kalleshwaraswamy, C. M., Maruthi, M. S., dan Pavithra, H. B. (2018). Biology of Invasive Fall Army Worm Spodoptera frugiperda (j.e. Smith) (lepidoptera: noctuidae) on Maize. Indian Journal of Entomology. 80(3): 540-543.
Wirasti, D. (2021). Pengetahuan dan Tindakan Petani Terhadap Pengendalian Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda J. E. Smith) (Lepidoptera: Noctuidae). Makassar: Universitas Hasanuddin.
Detail Artikel
- Fakultas / Program Studi : Pertanian / Agroekoteknologi
- Mata kuliah : Hama dan Penyakit Penting Tanaman
- Semester : 3